Minggu, 24 Oktober 2010

Novel Hantu Bangku Kosong

hantu
Bangku kosong


Grace masih duduk termenung di mobilnya. Dia tampak sedang asyik memandang sesuatu untuk dilumatkan dalam pikiran-pikirannya. Gedung sekolah dengan arsitektur Belanda itu sudah sangat tua, tapi masih berdiri kokoh.
Air hujan mengalir tanpa henti di kaca depan mobil, membuat kesan padat gedung itu berubah menjadi kesan cair. Grace mengambil payung dari bawah jok tempat duduk dan beranjak keluar. Dari arah lapangan murid-murid dengan baju olahraga enggan berteduh. Dari arah koridor seorang perempuan meniup peluit dengan keras.
“ Anak-anak! Ayo cepat berteduh! Jangan bandel! Sudah gede kok masih suka hujan-hujanan, “
Hardikan itu tak cepat dituruti oleh murid-murid SMA Permata Bunda yang sudah dimanjakan oleh sensasi hujan yang menggelitik.
Grace berjalan cepat-cepat menuju koridor. Dengan menatap dan penuh percaya diri dia menghampiri perempuan tadi.
“ Maaf, saya ingin bertemu dengan kepala sekolah.”
Perempuanitu memandang Grace dengan mata menyelidik.
“ Saya Grace. Guru pengganti yang baru.”
“ Ah, Anda pengganti Ibu Melisa. Mari saya antar ke ruangan ibu Janet.”
Perempuan itu akhirnya mengantarkan Grace ke ruangan kepala sekolah.
“ Ini ruangan ibu Janet.”
Grace mengangguk. Perempuan tadi yang bernama Dewi mengetuk sebuah pintu kokoh dengan warna kayu yang masih dipertahankan. Sebuah suara menyahut dari dalam.
“ Masuk!”
“Ibu Janet, guru pengganti Bu Melisa sudah hadir.”
“ Suruh masuk.!”
“Baiklah kalau begitu saya tinggal dulu, silakan” kata Dewi
“Terima kasih Dewi”
Dewi menutup pintu dan sosoknya segera menghilang. Ibu Janet dan Grace saling berbicara di dalam ruangan itu. Setelah berbincang-bincang,Ibu Janet mengantarkan Grace pergi untuk melihat kelas 3A.
“ Bu Grace, silakan anda memperkenalan diri pada siswa kelas 3A.”
“ Baik Bu, anak-anak nama saya Grace … Grace Damayanti.Saya disini akan menjadi wali kelas kalian yang baru.Saya kira cukup. Tidak ada yang perlu saya bicarakan lagi. Sampai jumpa besok pagi.”
Dinda seorang murid yang selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya baru keluar dari kelas saat teman-temannya telah sejak tadi berhamburan keluar. Baru beberapa saat melangkah, sesosok tubuh yang berat menabrak dan langsung menyeretnya ke sebuah tempat. Hujan deras disertai petir menggila. Dinda diseret oleh Adela dan kedua temannya, Nancy dan Destin. Mereka selalu usil terhadap Dinda.
Mereka membawa Dinda ke gudang sekolah. Mereka akan mengurung Dinda di gudang. Nancy menghempaskan tubuh Dinda ke dalam gudang.
“Lo di sini biar jadi makanan tikus. Ini buat peringatan agar lo jangan macem-macem lagi sama kami. Besok lo baru boleh keluar.”
“Jangan Del. Aku mohon.”
Adela memberi komando untuk keluar. Dinda segera berdiri dan menyusul, tapi segera didorong kembali oleh Nancy. Dinda terkurung didalam gudang. Dia memegang perutnya yang perih. Dinda terisak karena teringat ibunya. Dia menghentikan tangisannya saat mendengar suara isakan yang bukan miliknya. Itu ukan gema karena suaranya takkan selama itu. Dinda menggigil dan tak berani bersuara. Dinda merasa tengkuknya terkena tiupan napas seseorang tapi di dalam gudang hanya ada Dinda seorang. Dinda sangat ketakutan. Dia tak kuat. Pelan-pelan dia menutup mata.
Pagi menggeliat. Adela berjalan tergesa-gesa diikuti Destin.
“Del … lihat.” Destin gemetar sambil menunjuk ke arah gudang yang pintunya terkuak lebar. Adela memandang pintu gudang keras. Desin tersentak kaget karena benturan yang keras.
“Bangsat! Kemarin lo kunci nggak sih Des?”
“Sudah gue kunci.”
“Lalu kenapa gudang itu bisa kebuka?”
Mereka langsung pergi untuk mencari Dinda. Adela melihat Dinda yang menyeberangi lapangan dengan langkah yang sedikit lemas. Ketiga gadis itu berlari memburu Dinda.
“Lo ngaku atau gue bakalan siksa lo dan nggak bakal lo lupakan seumur hidup lo. Siapa yang ngebebasin lo.?” bentak Adela.
Dinda tidak menjawab dia beberapa kali melirik ke arah Pak Jimun yang sedang membawa baki berisi minuman ke ruang guru. Adela sempat menangkap lirikan itu.
“Oh, jadi si tua itu yang ngebebasin lo.? Selain si tua itu nggak ada yang tahu kan?”
Dinda menggeleng.
“Bagus. Kalau hari ini Bu Janet panggil kami, lo bakal mampus!” bentak Adela sebelum meningalkan Dinda.
Pelajaranpun dimulai, keriuhan yang sama dengan kemarin semakin terdengar saat Grace mendekati kelas 3A. Keadaan kelas sangat menyedihkan saat Grace memasuki ruangan. Anak-anak masih asyik mengobrol dan tidak memedulikan Grace. Dengan tenang Grace mendekati meja dan mengambil penghapus. Grace membenturkan penghapus itu ke meja.
“ Silakan kembali ke tempat duduk masing-masing.”
Satu per satu mereka beringsut ke tempat duduk masing-masing dengan gerutuan. Setelah semua murid duduk, pandangan Grace tertuju pada bangku kosong di depan.
“Siapa yang tidak masuk hari ini?”
“Semua masuk, Bu,” jawab Nancy
“Lalu kenapa bangku ini kosong?”.
“Dari dulu memang sudah kosong,” kata Adela.
“Hmm baiklah … bagaimana jika kamu pindah ke depan, Adela?”
“Aku nggak mau duduk ditempat itu meski aku dibayar. Suruh saja Dinda, seharusnya dia yang maju untuk duduk di depan,” bantah Adela
“Bagaimana Dinda, kamu mau duduk di depan?”
“Saya … saya … di sini saja.”
“ Ala dia di belakang biar bisa nyontek, Bu!” seru Destin
“Dinda ! Ibu tidak akan mulai pelajaran jika kamu tidak pindah ke depan.”
Semua murid memandang Dinda. Gadis itu gemetar. Tak ada yang membelanya seperti halnya Destin membela Adela. Pelan-pelan dia memberesi buku-bukunya seakan-akan ingin mengulur waktu. Grace kelihatan tak sabar dengan sikap Dinda.
“ Ayo cepat Dinda!”
Akhirnya dinda duduk di bangku itu. Beberapa saat setelah Dinda duduk di bangku itu, sesuatu yang aneh terjadi pada Dinda. Dia menutup wajahnya dan terisak. Badannya menggigil. Pelan-pelan Dinda membuka mukanya. Grace belum pernah melihat air mata sebanyak itu. Dia bingung. Tiba-tiba Dinda menjerit keras, memukul-mukul meja. Dia berdiri lalu berlar mengitari ruangan, menjatuhkan meja, mengacak-acak buku-buku temannya. Dua anak segera menangkapnya. Tubuh Dinda yangkecil mampu mengibaskan pegangan kedua temannya. Kedua anak yang terpental itu terdiam. Lalu tiba-tiab mereka berlaku aneh. Salah satu dari mereka naik ke atas meja dan langsung menari dengan luwes. Sementara itu anak satunya bergerak menuju tembok, menabrak tembok, terpental kebelakang dan begitu seterusnya. Dinda melempar kursi ke lemari buku dibelakang. Sesaat setelah benturan itu satu per satu anak-anak tumbang. Beberapa diantara mereka muntah-muntah sebelum roboh. Dinda terjatuh paling akhir setelah melolong panjang. Tubunya menelungkup di bangku kosong.
Setelah kejadian ini banyak kejadian-kejadian aneh yang Dinda alami. Adela dan kedua temannya meninggal pada saat yang bersamaan. Kejadian ini membuat Dinda mencari semua jawaban atas semua kejadian yang telah terjadi.
Dulu di sekolah tersebut ada dua orang siswa yang bersahabat. Mereka adalah Mila dan Clara. Mereka selalu bersama. Akantetapi sejak Mila punya pacar yang bernama Radith, dia jarang bersama Clara. Suatu hari Radith bertemu Clara dikelas. Dia mengungkapkan semua perasaannya. Radith suka sama Clara. Setelah berkata, Radith mendekati Clara . Radith berusaha mencium bibir Clara. Dinda berusaha mendorong tapi cengkeramannya terlalu kuat. Bibir Dinda telah dilumatnya. Disaat itulah Mila datang. Sejak kejadian itu Mila tak mau bersahabat dengan Clara.
Suatu hari Clara sedang menulis buku diary dikelas. Mila datang membawa jangka di tangannya. Dia melangkah mendekati Clara tanpa suara.Clara tak menyadarinya. Tiba-tiba Mila menusukkan jangka di leher belakang Clara. Darah muncrat. Clara meninggal dengan seketika. Radith datang dan segera memberitahu kalau Clara tak mencintainya. Mila segera keluar. Radith membawa mayat Clara dan menyembunyikannya di rumah kosong.
Mila akhirnya bunuh diri setelah membaca buku diary Clara. Dengan membabi buta, dia mengayunkan silet kewajahnya. Mila beranjak. Mila menggantung diri di pohon besar depan sekolah. Akhirnya semua kejadian ini ada jawabannya. Bangku kosong itu akhirnya dibakar. Dan tak akan ada lagi kejadian aneh di sekolah itu.

Novel Love My Twice

Pengarang : Billy Homario
Penerbit : Gagas media

Pada suatu hari ada anak yang bernama Lydia dan Nico. Mereka sudah saling menyukai sejak kecil. Namun, mereka terpisah karena Nico harus pindah ke luar negeri.
Pada saat mereka remaja mereka dipertemukan lagi oleh tuhan. Mereka kembali mengikat cinta lagi. Tapi sayangnya hubungan mereka tidak semulus yang mereka bayangkan dan harapkan. Nico merasa ada yang aneh dengan Lydia. Lydia sepeti merahasiakan sesuatu darinya.
Akhirnya Nico bertanya kepada Lydia, tapi Lydia tetap menutup nutupi. Masalah pun bertambah rumit saat seorang cewek bernama Kath yang sangat mencinta Nico muncul di antara mereka.
Cinta segitiga pun tidak dapat terhindarkan.
Nico semakin benci dengan Lydia dan akhirnya tiba-tiba Nico mengatakan bahwa dia suka sama Kath yang sebenarnya sama sekali nggak. Semua ituu Nico lakukan karena dia benci dengan Lydia yang selalu di jemput oleh cowok.
Tapi semua terselesaikan oleh penjelasan Lydia bahwa cowok yang biasa menjemput dia adalah kakaknya.

Novel Sang Pemimpi

Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : Klub sastra BENTANG


Pada suatu hari di SMA Bukan Main Arai, Aku, dan Jimbron sedang ketakutan karena kita bertiga sedang di kejar oleh monster yang menakutkan namanya MUNSTAR M. DJAI’DIN,B.A. Kami bertiga di kejar oleh pak Munstar karena perbuatan Arai yang selalu bikin jengkel pak Mustar.
Pada saat itu adalah hari senin pukul 06.30. Hari itu pak Mustar sudah menutup pintu gerbang sekolahan karena hari itu dia menjadi pemimpin upacaranya. Pada hari itu yang terlambat banyak sekali termasuk Aku, Arai, dan Jimbron. Karena Arai jengkel kepada pak Mustar, Arai menirukan pidato pak Mustar yang akhirnya membuat pak Mustar dan dua penjaga sekolah mengejar kami bertiga. Kami lari terus dan akhirnya kami bertiga bersembunyi di peti es milik Nyonya Pho. Pada saat itu Nyonya tidak tahu kalau di dalam peti es ada kami dan pada waktu dia membukanya Nyonya Pho pingsan sambil berteriak
“ Ikkhhhh. . . ikkhhh . . . . ikkha . . . ikan duyung. .!!!!”